Minggu, 24 April 2011

Berubah 180 Derajat

                                                                                                                                                  by. kaka

Tak pernah aku merasa kehilangan seperti ini
Tak pernah aku duga sebelumnya
Dirimu yang aku cintai mulai menjauhi ku
Aku ingin bulan mengatakan pada mu
Tentang apa yang aku rasakan saat ini
Aku ingin bintang menyampaikan pesan hati ku untuk mu
Sungguh aku tak ingin keadaan seperti ini
Keadaan yang membuat ku benar-benar jauh dengan mu
Bukan hanya raga tapi juga hati
Aku adalah seorang wanita yang ingin
Di dampingi seorang pria yaitu dirimu

Mencintai seseorang bukanlah suatu keadaan yang dapat kita pungkiri. Dalam hidup tuhan menciptakan kita untuk saling berpasangan, saling menyayangi dan mengasihi. Sama halnya dengan diri ku yang saat ini menyatukan dua hati dalam suatu hubungan yang beratapkan cinta. Cinta yang aku berikan untuk seorang pria. Rudi namanya. Bersamanya membuat ku bahagia, di dekatnya ku merasa nyaman, perhatiannya membuat ku merasa bagaikan seorang putri yang bertahta di hatinya. Kasih sayangnya yang tulus membuat ku merasa bahwa dirinya tercipta untuk ku. Canda, tawa, tangis dan amarah menghiasi perjalanan cinta ku dengannya. Bercanda dengannya membuat hidup ku semakin berwarna, tertawa bersamanya membuat ku bahagia, tangisan ku membuatnya memanjakan diri ku dan amarahnya untuk ku membuatku lebih memahami dirinya dan tau bagaimana harus bersikap. Saat ini aku dan dia pisahkan oleh jarak, yang membuat raga kami terpisah. Alunan lahu kemesraan mengiringi kepergian ku.

Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini ingin ku kenang selalu
Hati ku damai jiwa ku tentram di samping mu
Hati ku damai jiwa ku tentram bersama mu.

Meskipun raga kami terpisah jauh, namun aku yakin hati ku dan hatinya akan selalu dekat. Dan aku yakin waktu jualah yang kan mempertemukan kami kembali. Jauh dengannya bukanlah kemauan ku, semua ini aku ambil karena aku harus melanjutkan study ku ke salah satu universitas di Yogyakarta. Meninggalkannya membuat ku meneteskan air mata, karna aku meninggalkannya dalam keadaan sakit. Sakit yang ia derita tidak dapat ditolerir yaitu kanker pauru-paru. Aku mersa bersalah karna telah meninggalkannya. Namun keputusan itu harus tetap aku ambil demi mencapai cita-cita ku. Rasa rindu yang aku punya tertuang luas hanya untuknya. Untaian kata yang aku rangkai mengungkapkan isi hati ku, akan rindu yang aku punya untuknya

Memilikinya adalah anugerah terindah untuk ku
Kasih yang telah ia berikan membuka mata hati ku
Mencintainya adalah suatu perasaan yang tak dapat aku pungkiri
Hari terasa semakin indah sejak aku mengenalnya
Malam semakin terang saat aku teringat dirinya
Gejolak rindu mulai merambat ke batin ku
Api yang membara menghangatkan cinta ku
Rindu yang aku rasakan hanyalah untuknya
Sayang yang aku punya telah aku berikan untuknya
Seandainya saja dia ada di dekat ku
Aku akan selalu menjaganya
Dan bila ia tercipta memang untukku
Maka akan aku raih kebahagiaan untuknya
Hangat cinta yang ia berikan meluluhkan hati ku

Selang waktu berlalu tak pernah terlintas dalam benakku untuk menduakan cintanya apalagi harus meninggalkan dirinya. Meskipun raga kami jauh namun aku tetap merasakan kedamaian dalam hati, karma perhatian yang ia curahkan untukku membuat ku merasa ada di dekatnya. Meskipun tangan tak dapat berjabat, mata tak dapat menatap dan wajah tak dapat berhadapan aku dan dirinya telah disatukan dalam satu atap yang disebut cinta. Aku mencintainya bukan dari materi, tapi karna aku menghargai kekurangannya dan membanggakan dirinya karna kelebihan yang ia miliki. Aku ingin selalu ada di dekatnya dalam keadaan apa pun. Aku tak mau hanya merasakan kebahagiaannya, tapi aku juga ingin merasakan kesedihannya, sakitnya dan amarahnya, karna aku mencintainya apa adanya. Waktu terus bergulir mengikuti arah angin dan pergantian musim. Dia yang dulu selalu ada untuk ku kini mulai menjauh dan sibuk dengan kehidupannya. Ia berubah 180 derajat.

Tak ada lagi ia yang selalu membangunkan ku di pagi hari
Tak ada lagi ia yang selalu mengingatkan ku dan care pada ku
Taka ada lagi ia yang selalu memperhatikan ku
Tak ada lagi ia yang menghibur ku saat aku sedih
Tak ada lagi ia yang selalu memanjakan ku
Tak ada lagi ia yang selalu menjadi teman curhat ku
Tak ada lagi ia yang sering mengirimkan untaian kata manis untukku
Dan tak ada lagi ia yang selalu menucapkan selamat tidur untuk ku
Aku mulai merasa bahwa ia jenuh dengan hubungan yang kami jalani saat ini. Hubungan yang kami jalani dengan jarak yang jauh. Aku mengerti mungkin ia membutuhkan seorang wanita yang bisa mendampinginya setiap saat, yang dapat ia peluk, ia kecup keningnya dan ia usap air matanya. Aku sadar aku bukanlah yang terbaik untuknya, tapi aku sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik. Aku hanya ingin dia yang dulu

yang selalu membangunkan ku di pagi hari
yang selalu mengingatkan ku dan care pada ku
yang selalu memperhatikan ku
yang menghiburku saat aku sedih
yang selalu memanjakan ku
yang selalu menjadi teman curhat ku
yang sering mengirimkan untaian kata manis untukku
Dan yang selalu menucapkan selamat tidur untuk ku

Namun semua itu tak pernah lagi aku dapatkan. Ia benar-benar jauh. Berubah 180 derajat. Bukan hanya jauh raga tapi juga hati. Aku tau dia sayang pada ku dan aku juga sayang padanya. Mendekatlah pada ku seperti dulu, karna hal itu yang membuat ku merasa di butuhkan, merasa dia memang untuk ku, dan merasa selalau ada di dekatnya. Tapi menjauhlah kalau memang keadaan seperti ini yang bisa membuatnya merasa lebih nyaman dan lebih bahagia. Aku ikhlas, meskipun aku merasa ia telah meninggalkan ku secara tidak langsung. Perubahan sifatnya yang mencapai 180 derajat benar-benar membuatku merasa kehilangan. Pada suatu moment aku sama sekali tak ada berkomunikasi dengannya, rasa rindu dan khawatir menyelimuti lubuk hati ku. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Tak berapa lama kemudian abangnya menghubungi ku dan mengatakan
“dek abang minta doanya untuk rudi. Saat ini dia tidak sadarkan diri. Kami sekeluarga sekarang ada di Jakarta. Rudi di opnam. Kemarin dia mimisan kemudian pingsan. Doain rudi ya supaya dia cepat sadar”

Tersentak tangan ku bergetar dan mata ku mulai meneteskan air mata. Aku benar-benar terpukul dan mulai menyadari bahwa prasangka ku selama ini salah. Ia sama sekali tidak bermaksut menjauhi ku atau jenuh pada ku. Hubungan ku mulai tersa renggang karna ia mulai merasakan semakin sakit akan kanker yang ia derita. Aku mulai teringat akan kata-kata yang ia ucapkan untuk ku

aku udah tidak sanggup menahan rasa sakit ini. Kalau seandainya aku pergi, aku ingin kamu mencari pengganti yang lebih baik dari aku “
Untaian kata itu membuat air mata ku mengalir semakin deras. Aku belum siap untuk kehilangannya, aku sungguh mencintainya. Mulai terfikir oleh ku, bahwa apa yang ia lakukan hanyalah untuk membuat ku bisa merelakannya bila ia benar-benar pergi. Mulai menjauhi ku secara perlahan adalah salah satu cara yang ia lakukan supaya aku tidak merasa terlalu sakit bila waktu itu datang menjemputnya. Ia tak mau membuat ku tetap merasa bahagia padahal kebahagiaan itu hanya sesaat menjelang ajal menjemputnya. Prasangka ku padanya hanya akan membuatnya merasa semakin sakit. Aku sadar aku terlalu egois untuk bisa memahami dan mengerti akan kondisinya. Aku memang tak cukup baik untuknya. Disaat ia terbaring lemah dan tak sadarkan diri aku sama sekali tak ada di dekatnya. Jangankan untuk menemaninya melewati masa kritis, untuk melihatnya pun aku tak bisa.

Semakin bergulirnya waktu semakin terasa sakit buat aku. Meskipun sayang ku untuknya semakin bertambah, namun tak dapat dipungkiri bahwa masalah yang datang untuk aku hadapi semakin berat. Selama ini ia selalu berusaha menyembunyikan sakitnya pada ku. Ia berusaha untuk bisa menjadi dirinya yang dulu. Namun semakin ia memaksakan diri untuk kuat padahal sebenarnya sakit itu telah menguras energinya, itu malah akan menyakiti aku. Seharusnya ia jujur pada ku bahwa ia tidak bisa menemaniku setiap saat dan aku akan lebih menghargai kejujurannya dari pada kebohongan yang sebenarnya tujuannya baik. Yaitu untuk menyenagkan hati ku. Semua itu ia lakukan hanya karna ia takut di anggap lemah oleh ku.
Aku tau ia sayang pada ku dan tak ingin melihatku bersedih, tapi aku akan memahami kondisinya yang berubah 180 derajat kalau saja ia berkata jujur padaku mengenai alasannya yang perlahan mulai menjauhi ku. Aku tidak akan berperasangka buruk kalau saja aku tau ia hanya takut aku larut dalam kesedihan yang panjang bila ajal itu datang menjemputnya. Tak ada yang dapat aku lakukan selain mendoakannya dan berharap ia melewati masa ktirisnya. Aku sungguh merasa bersalah karna tak dapat menemaninya. Seiring waktu berjalan aku mendapat kabar bahwa ia sudah sadarkan diri. Air mata kupun jatuh untuk kesekian kalinya. Kali ini air mata ku jatuh bukan krna ia pergi untuk meninggalkan ku, tapi karna ia berhasil melewati masa kritisnya.

Aku bahagia mendengarnya, aku senang karna akhirnya ajal itu belum datang menghampirinya. Sikapnya yang berubah 180 derjat tidak lagi aku anggap sebagai prasangka bahwa ia jenuh atau bahkan meninggalkan ku. tapi aku mulai mengerti dan memahami kondisinya saat ini. Aku harus bisa menerimanya, karna sakit yang ia derita bukanlah kemauannya. Semua ini hanya ujian untuknya. Seberapa besar usahanya untuk tetap bisa bertahan dan ikhlas dalam menerima cobaan dari tuhan. Dan ini merupakan liku perjalanan hidup yang harus aku lalui dengan sabar dalam menjalin hubungan. Aku di sini akan selalu menyayanginya. Aku hanya bisa mensuportnya dari jauh supaya ia tetap optimis untuk melawan penyakitnya. Tak ada yang dapat aku lakukan dari sini selain perhatian yang aku berikan untuknya. Supaya ia tau bahwa aku tidak akan meninggalkannya meski dalam sakit sekalipun. Aku kan tetap bertahan untuknya karna aku mencintainya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar